Green architecture atau arsitektur hijau adalah istilah umum yang mulai populer beberapa tahun terakhir dan bukan hanya sekadar tren musiman.
Kegiatan industri konstruksi, disebut menjadi salah satu faktor signifikan penyebab perubahan iklim yang terjadi akhir-akhir ini. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena kebutuhan tempat tinggal yang semakin meningkat.
Untuk meminimalisir dampak buruk yang dihasilkan, kita harus dapat memastikan industri ini tetap dapat mencukupi kebutuhan tempat tinggal, namun juga dapat mengurangi jejak karbon yang dihasilkan. Solusi untuk hal ini adalah arsitektur hijau, terlebih saat ini makin banyak orang yang sadar dampak buruk aktivitas industri konstruksi pada bumi. Dengan arsitektur hijau, kita bicara tentang masa depan yang lebih ramah lingkungan.
Mengenal istilah Green Architecture?
Dalam sebuah laporan dikutip dari GlobalABC menyebutkan, sektor pembangunan dan konstruksi pada dasarnya menyumbang sekitar 37% jejak emisi karbon penyebab perubahan iklim selama ini. Karenanya dibutuhkan aktivitas dekarbornisasi yang jika dilakukan akan berdampak baik pada tahun 2050 mendatang.
Meski sudah banyak terjadi, namun belum terlambat bagi arsitektur hijau untuk menjadi pillihan industri konstruksi yang dapat mengubah masa depan menjadi lebih baik.
Aktivitas ini diawali dengan metode meminimalisir penggunaan bahan baku yang berdampak buruk terhadap lingkungan, sehingga berfokus pada kelestarian dan membuat alam terjaga dengan baik tanpa bahaya pencermaran.
Proses berkesinambungan ini bekerja dengan memperhatikan faktor pengaruh beberapa hal dalam aktivitas konstruksi. Seperti menjaga lingkungan air tetap bersih, pemanfaatan energi matahari dan air hujan, sehingga didapat struktur konstruksi yang lebih ramah lingkungan.
Prinsip Green Architecture
Berikut beberapa kelebihan yang ditawarkan konsep green architecture yang menjadikannya solusi terbaik untuk kebutuhan masa depan ramah lingkungan.
Kebutuhan Material Untuk Green Architecture
Berikut beberapa jenis material bahan bangunan yang biasa digunakan dalam industri konstruksi.
ReHolz
Merupakan produk bahan bangunan yang diproduksi menggunakan: 60% sekam padi, 22% garam, dan 18% minyak mineral. ReHolz adalah produk dari perusahaan di Indonesia dengan nama yang sama. Hampir sama dengan kayu, hanya saja memiliki fleksibilitas sangat baik, dan memiliki usia pakai jangka panjang.
Material Daur Ulang
Penggunaan material bahan bangunan daur ulang sering dilakukan untuk meminimalisir limbah. Salah satunya dengan menggunakan bahan koran daur ulang, kardus, hingga limbah konveksi yang tidak terpakai di rumah.
Contoh lain, penggunaan bahan logam daur ulang, terutama aluminium dan baja yang sangat mungkin digunakan kembali untuk aktivitas konstruksi dari material sumber daya terbatas. Logam daur ulang memiliki kemampuan tahan air, hama, dan permasalahan yang lain.
Bahan Baku Alam
Penggunaan sumber daya alami yang melimpah dengan cerdas dapat memastikan Anda tidak menyebabkan dampak lingkungan yang merugikan. Pemanfaatan kayu bersertifikat, yang berasal dari hutan yang dikelola secara bertanggung jawab, dan penggunaan tenaga surya, termasuk dalam kategori ini.
Produk Daur Ulang
Sedikit berbeda dengan material daur ulang, jenis material ini biasanya dikelola dari sampah. Contohnya plafon PVC yang diproduksi dari bahan limbah thermoplastik. Jenis material ini memiliki usia pakai jangka panjang, sehingga mengurangi limbah konstruksi selama digunakan.
Sementara itu, para peneliti juga sedang mengembangkan teknologi semen dari material (sampah) plastik. Selain murah dan menghemat biaya konstruksi, cara ini juga dapat mengurangi sampah plastik yang tidak mudah terurai dalam waktu lama.
Material Bahan Baku Berkelanjutan
Istilah yang menjadi sangat populer dalam beberapa tahun terakhir adalah bahan berkelanjutan. Di antaranya termasuk CLT (kayu laminasi silang) dan beton pracetak. CLT adalah kayu rekayasa yang dibuat dengan memadukan berbagai jenis kayu, sehingga ramah lingkungan. Sementara beton pracetak diproduksi di lingkungan yang terkontrol, untuk menghasilkan beton yang lebih tahan lama dan tahan panas.
Kesimpulan
Seperti yang Anda ketahui, teknologi Green Architecture atau arsitektur hijau merupakan kebutuhan masyarakat di masa depan demi menjaga “bumi tetap hijau”. Salah satunya caranya adalah dengan menggantikan metode arsitektur konvensional menggunakan produk ReHolz untuk memastikan produk yang digunakan lebih ramah lingkungan.
Jika ada pertanyaan lebih lanjut tentang ReHolz, jangan ragu untuk menghubungi kami di +623199533330 atau kirim pesan ke hello@re-holz.com. Kami akan dengan senang hati mendiskusikan ide Anda dan membantu Anda memahami cara mendapatkan yang terbaik dari ReHolz.
Bagikan Artikel
Tak terasa kita telah sampai di penghujung tahun 2024, berikut rekap desain interior di tahun ini yang perlu Anda ketahui!…
Selamat datang di era baru, di mana ketahanan dan pembangunan berkelanjutan menjadi prioritas utama. Dengan menggabungkan keindahan alam dan kemajuan…
Indonesia menempati peringkat ke-6 sebagai negara penyumbang emisi Gas Rumah Kaca (GKR) terbesar di dunia dan mengalami peningkatan paling banyak…